Minggu, Februari 15, 2009

KOMPETENSI SOSIAL

KOMPETENSI SOSIAL

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dear all,

UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengharuskan para guru dan dosen menguasai kompetensi sosial (di samping kompetensi pedagogik, kepribadian, dan keilmuan) perlu kita beri apresiasi.

Krisis multidimensi yang terjadi sejak 1997 telah memberikan kesadaran kepada kita bahwa sebagian masyarakat kita telah kehilangan kearifan-kearifan sosial yang sebelumnya menjadi ikon bangsa, seperti keramahan, toleransi, kemauan berempati, semangat dan kemauan menolong, serta kemauan bekerja sama. Akibatnya, masyarakat kita mudah menyalahkan orang lain, mudah kehilangan kendali emosinya, mudah terseret isu yang bermuara kepada kerusuhan, dan mudah curiga terhadap kelompok lain sehingga berujung kepada bentrokan yang konyol.

Salahsatu contohnya dapat dilihat pada berita dari suatu pelabuhan ketika mudik lebaran. Kapal laut dengan kapasitas 300-an orang dinaiki lebih dari 1000-an orang sampai kapal masih sandar di dermagapun sudah miring. Ketika kapal dilarang berangkat penumpang malah marah, melawan dan mengejar petugas. (lihat tulisan terdahulu – Agent of Change).

Penyembuhan penyakit sosial ini adalah tidak mudah. Kita pun berpikir bahwa penyembuhan penyakit sosial dan sekaligus pengembangan kompetensi kearifan-kearifan sosial yang paling strategis adalah lewat jalur pendidikan. Walau, tentunya, hasil usaha ini akan memerlukan waktu lama untuk dapat dirasakan.

Marilah kita jadi Agent of Change, walaupun hasil itu terasa entah kapan. Sangat mungkin kita sudah tiada namun kita sudah berbuat, maka itulah yang akan menemani kita di hari-hari yang kekal.

Dalam hal kecerdasan sosial, kita perlu mencontoh Nabi Muhammad saw sehingga sistem yang dibangun bisa berjalan dan bagaimana merawat sistem tersebut.

Nabi Muhammad saw mengatur bahwa dalam suatu kelompok – halaqah- orang-orang yang duduk berlingkar, bila ada kegiatan bergiliran maka giliran itu beredar ke kanan, seperti orang tawaf. Itu tidak masalah bila semua orang “sederajat”. Bagaimana bila kenyataan dalam masyarakat itu tidak demikian? Ada yang kecil ada yang besar, ada yang tua ada yang muda. Ternyata Rasulullah memberi pelajaran kepada kita semua, beliau meminta ijin pada anak kecil yang berhak atas gilirannya yang ternyata tetap menginginkan haknya.

Subhanallah
, aturan yang dibuat tetap tegak, yang berhak dapat haknya, orang tua yang diupayakan dapat dispensasi merasa dihormati walau tidak mendapat hasil.

Kadang-kadang saat ini, pimpinan membuat aturan bahwa segala sesuatu harus seijin atasan. Begitu beliau ada urusan, langsung memerintahkan staf yang di bawah tanpa sepengetahuan atasan staf tersebut dengan alasan beliaulah yang punya aturan. Itulah kau yang memulai kau yang mengakhiri…

Ya Allah, ampunilah kami, Kau telah memberikan contoh untuk kami tiru namun kami masih tetap alpa. Ya Allah jangan hukum kami ketika kami lupa atau kami tersalah …, ampunilah kami, sayangilah kami.

Wassalam,
Ordinary Sailor

757. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. diberi susu yang telah dicampur dengan air. Di sebelah kanannya ada seorang A’rab - penghuni pedalaman negeri Arab - dan di sebelah kirinya ialah Abu Bakar r.a. Beliau s.a.w. lalu minum, kemudian memberikan - wadah isi susu itu - kepada orang A’rab dan beliau s.a.w. bersabda:” Dahulukanlah yang kanan dulu lalu yang sebelah kanannya.” (Muttafaq ‘alaih)

758. Dari Sahl bin Sa’ad r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. diberi minuman lalu beliau meminumnya dan di sebelah kanannya ada anak kecil sedang di sebelah kirinya ada beberapa orang tua. Beliau s.a.w. lalu berkata kepada anak - yang di sebelah kanannya:
“Adakah engkau izinkan jikalau saya memberikan kepada orang-orang tua ini?” Anak itu berkata: “Tidak, demi Allah, saya tidak mau mengalahkan diri sendiri kepada seseorangpun dari bagianku daripada Tuan itu.” Kemudian Rasulullah s.a.w. meletakkannya di tangan anak tersebut. (Muttafaq ‘alaih)

Ucapannya: tallahu artinya meletakkannya. Adapun anak kecil itu ialah Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma - sewaktu masih kecilnya.

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih Bab 111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar